Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Example floating
Example floating
Banner Atas Rubrik Banten
BeritaDaerahKementerianKota CilegonNasionalOrganisasiPemerintahPendidikanSosial

Dari Kota Baja ke Panggung Sastra Nasional: Agus Fahri Husein Harumkan Cilegon Lewat Antologi Puisi ‘Empat Belas Purnama

191
×

Dari Kota Baja ke Panggung Sastra Nasional: Agus Fahri Husein Harumkan Cilegon Lewat Antologi Puisi ‘Empat Belas Purnama

Sebarkan artikel ini

CILEGON, RUBRIKBANTEN – Kabar membanggakan datang dari dunia sastra Kota Cilegon. Salah satu tokoh kebudayaan sekaligus penyair terkemuka, Agus Fahri Husein, kembali menorehkan prestasi di kancah nasional. Ia terpilih menjadi salah satu dari 136 penyair Indonesia yang karyanya dimuat dalam antologi puisi bergengsi bertajuk “Empat Belas Purnama”.

Peluncuran buku tersebut menjadi bagian dari perayaan 14 Tahun Sastra Bulan Purnama, sebuah ajang literasi nasional yang digelar di Yogyakarta pekan lalu dalam bentuk Bincang dan Baca Puisi.

Sejak berdiri pada 2011, Sastra Bulan Purnama telah menjadi rumah kreatif bagi para penyair dari berbagai daerah di Indonesia. Tahun ini, peringatan ulang tahun ke-14 komunitas tersebut dirayakan dengan penerbitan antologi “Empat Belas Purnama”, yang menghimpun karya lintas generasi dari penyair muda berbakat hingga nama-nama senior yang telah menorehkan sejarah panjang dalam dunia puisi Indonesia.

Nama Agus Fahri Husein tentu bukan asing di jagat sastra Indonesia. Lahir di Singaraja, Bali, 28 Februari 1964, ia menempuh pendidikan di Fakultas Sastra Universitas Gadjah Mada (UGM) dan aktif menulis sejak awal dekade 1980-an.

Baca juga:  Tiga Kandidat Muda Bertarung Rebut Kursi Ketua Umum Gen Cilegon 2025-2030

Karya-karya sastranya telah banyak dikenal publik, di antaranya kumpulan cerpen “Menunggu Pacar dan Cerita Lainnya” (2004) dan cerpen legendaris “Orang Gila” yang diterjemahkan ke bahasa Inggris dan dimuat dalam Diverse Lives: Contemporary Stories from Indonesia (Oxford University Press, 1994). Bahkan, beberapa karyanya menembus dunia internasional, termasuk diterjemahkan ke bahasa Swedia dalam Indonesien berättar: Tusen gevärskulor, tusen fjärilar (2006).

Novel “Uang Terbang” (2014) juga menjadi salah satu karya pentingnya yang kerap dijadikan bahan kajian akademik karena menyoroti realitas sosial dan politik Indonesia modern.

Kini, selain aktif menulis, Agus juga tercatat sebagai anggota Dewan Pakar Lembaga Seni dan Budaya (LSBO) PW Muhammadiyah Banten (2024–2029) serta anggota Dewan Kebudayaan Kota Cilegon (2025–2028).

Agus mengaku, keterlibatannya dalam “Empat Belas Purnama” merupakan bentuk tanggung jawab moral untuk terus membawa suara sastra daerah ke pentas nasional.

“Menjadi bagian dari 136 penyair Indonesia ini adalah kehormatan, tapi juga panggilan untuk terus menjaga nyala sastra di daerah. Cilegon punya banyak potensi sastra yang perlu diberi ruang,” ujarnya.

Baca juga:  PWI Banten Desak Kapolda Usut Dugaan Oknum Brimob di Balik Pengeroyokan Wartawan

Ketua Dewan Kebudayaan Kota Cilegon, Ayatullah Khumaeni, turut mengapresiasi capaian tersebut.

“Keterlibatan Agri di tingkat nasional membuktikan bahwa seniman dan sastrawan Cilegon mampu bersaing secara kualitas. Ini menjadi motivasi bagi generasi muda untuk terus berkarya,” katanya.

Kehadiran Agus Fahri Husein dalam antologi “Empat Belas Purnama” menjadi bukti bahwa sastra daerah tak pernah padam. Dari Cilegon kota yang dikenal dengan gemuruh industri baja lahir suara lembut seorang penyair yang membawa refleksi sosial, nurani, dan keindahan kata ke panggung nasional.

Melalui puisinya, Agus tidak hanya mengukir prestasi pribadi, tetapi juga mengangkat nama Cilegon sebagai kota yang tak hanya kuat dalam industri, tapi juga kaya akan budaya dan sastra.

Example 120x600
Untitled-1

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *