Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Example floating
Example floating
Banner Atas Rubrik Banten
BeritaDaerahKementerianKota CilegonNasionalOpiniOrganisasiPemerintahPendidikanPolitikSosial

Mendung Kekuasaan dan Sunyi Nurani: Ketika Agama dan Negara Kehilangan Penjaga

306
×

Mendung Kekuasaan dan Sunyi Nurani: Ketika Agama dan Negara Kehilangan Penjaga

Sebarkan artikel ini

Mendung tak selalu berarti hujan,
sebagaimana kedekatan tak selalu berujung kepastian.
Begitulah anomali kehidupan dan kekuasaan.

Oleh: ARIFIN AL BANTANI

Negara adalah tubuh,
agama adalah ruhnya,
dan kekuasaan adalah tangan
yang menjaga agar ruh tetap bernapas
dan tubuh tetap tegak berdiri.

Tanpa salah satunya,
manusia berjalan tanpa arah,
atau berdiri tanpa jiwa.

Di singgasana kekuasaan,
amanah bukanlah mahkota,
melainkan beban cahaya
yang hanya sanggup dipikul
oleh hati yang gentar kepada Tuhan.

Sebab keadilan adalah fondasi setiap peradaban,
sementara kezaliman adalah angin hitam
yang meruntuhkan istana dari dalam—
perlahan, senyap, namun pasti.

Pemimpin tak dituntut sempurna,
tetapi ia wajib hadir.
Karena kekosongan kekuasaan
sering kali lebih mematikan
daripada tirani yang bersembunyi di balik senyum.

Stabilitas adalah atap bersama,
dan idealisme tanpa kebijaksanaan
hanyalah api
yang membakar rumahnya sendiri.

Di sisi pemimpin seharusnya berdiri ulama,
bukan sebagai ornamen istana,
melainkan penunjuk arah,
penjaga nurani,
penyambung suara langit ke bumi.

Ketika lidah ulama dibungkam oleh dunia,
telinga pemimpin pun menjadi tuli,
dan pada akhirnya
rakyat kehilangan suaranya sendiri.

Baca juga:  Wakil Gubernur Dimyati Minta Birokrat Banten Harus Lebih Cepat, Transparan, dan Handal

Hukum adalah peta,
syariat adalah jalannya,
namun kebijakan lahir dari maslahat—
dari napas rakyat
yang harus dijaga
lebih daripada kehendak segelintir elite.

Sebab negara tidak diciptakan
untuk melanggengkan kekuasaan,
melainkan untuk menghadirkan kesejahteraan
yang mengalir seperti sungai
ke seluruh tanah.

Raja adalah bayangan Tuhan di bumi;
keadilanlah yang menegakkan bayangan itu.
Saat keadilan lenyap,
bayangan pun kehilangan pemiliknya.

Kerusakan rakyat
bermula dari rusaknya para pemimpin,
dan rusaknya pemimpin
sering kali berakar
dari sunyinya suara ulama.

Kekuasaan dan agama adalah saudara kembar:
agama adalah pondasi,
kekuasaan adalah penjaganya.
Sesuatu tanpa penjaga akan binasa,
dan penjaga tanpa nilai
hanyalah kesia-siaan.

Pada akhirnya,
politik seharusnya menjaga agama,
dan agama menuntun politik.
Keduanya saling menopang,
seperti dua sayap burung
takkan pernah terbang
jika salah satunya patah.

Example 120x600
Untitled-1

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *