JAKARTA, RUBRIKBANTEN – Aksi demonstrasi masyarakat di depan Gedung DPR RI kembali berujung kekecewaan. Alih-alih menemui rakyat yang hendak menyampaikan aspirasi, para anggota dewan justru disebut meliburkan diri dan memilih bersembunyi.
Pengamat politik Cecep Handoko, SH menilai sikap DPR tersebut bukan hanya bentuk kepengecutan, tetapi juga pengkhianatan terhadap amanah rakyat. Menurutnya, langkah DPR yang memilih menghindar justru memicu gesekan antara masyarakat dengan aparat keamanan yang sebenarnya tidak berkepentingan langsung dengan substansi tuntutan rakyat.
“Yang terjadi hari ini adalah DPR bersembunyi dari rakyat. Mereka meliburkan diri, sementara rakyat dianggap tidak penting. Akibatnya masyarakat dihadapkan dengan polisi. Padahal aparat hanya menjalankan tugas pengamanan, bukan pihak yang harus menerima tuntutan. Ini jelas pengecut,” tegas Cecep kepada wartawan, Kamis (28/8).
Cecep juga mengingatkan, tindakan DPR yang terus menghindar bisa menggerus legitimasi lembaga legislatif di mata publik. “Jika wakil rakyat tidak berani menemui konstituennya sendiri, untuk apa mereka dipilih? Bukannya menampung aspirasi, malah lari dan membiarkan rakyat jadi korban,” ujarnya.
Lebih jauh, Cecep menyinggung kembali kutipan almarhum Gus Dur yang pernah menyebut DPR layaknya “anak TK.” Namun menurutnya, kali ini bahkan lebih buruk.
“Anak TK masih mau bertemu orang tuanya. DPR justru lari sembunyi saat rakyat ingin bicara. Ini sikap yang sangat memalukan,” tegasnya.
Ia mendesak DPR menghentikan kebiasaan meliburkan diri setiap kali ada aksi unjuk rasa. Menurutnya, jalan dialog terbuka dan transparan jauh lebih mulia dibanding terus menerus menghindar.
“DPR harus berani menghadapi rakyat, bukan terus lari. Kalau begini terus, jangan salahkan rakyat kalau kepercayaan publik semakin hilang terhadap lembaga legislatif,” pungkasnya.















