CILEGON, RUBRIKBANTEN — Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kota Cilegon, Supriyadi, menyatakan bahwa selama 100 hari masa kepemimpinan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Cilegon, Robinsar-Fajar, belum ada koreksi yang signifikan terhadap program kerja yang telah dijalankan. Beberapa langkah awal seperti perbaikan drainase untuk mengatasi banjir di Jalan Lingkar Selatan (JLS), penataan jalan, serta penerapan kebijakan “Go Green” setiap hari Rabu memang telah terlihat. Namun, ia menilai tantangan sesungguhnya justru ada di depan mata, khususnya dalam isu strategis terkait lingkungan hidup.
“Cilegon adalah kota industri dengan tantangan besar. Polusi udara, limbah industri, dan minimnya ruang terbuka hijau adalah persoalan nyata yang tak bisa lagi diabaikan,” tegas Supriyadi, Senin (2/6/2025).
Untuk itu, HNSI Kota Cilegon memberikan sejumlah masukan konkret agar isu lingkungan mendapat perhatian serius dalam program kerja ke depan. Berikut beberapa poin penting yang disampaikan:
1. Audit Lingkungan Cepat
Pemerintah diminta melakukan audit cepat terhadap titik-titik rawan pencemaran baik udara, air, maupun tanah. Supriyadi mengusulkan pemasangan indikator kualitas udara (ISPU) di setiap kecamatan serta pelibatan tim independen dari universitas atau organisasi lingkungan untuk verifikasi langsung di lapangan. Hasil audit ini diharapkan menjadi dasar kebijakan jangka menengah dan panjang.
2. Penertiban Limbah Industri
HNSI menyoroti masih adanya pabrik yang membuang limbah tanpa pengolahan sesuai aturan. Mereka mendesak adanya moratorium pemberian izin baru bagi industri pencemar hingga pengawasan diperkuat. Selain itu, perlu adanya hotline pengaduan masyarakat di bawah koordinasi Dinas Lingkungan Hidup Kota Cilegon.
3. Revitalisasi Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Ruang terbuka hijau yang terbengkalai perlu diidentifikasi dan ditata ulang. HNSI mendorong program penanaman satu juta pohon dalam lima tahun di berbagai lokasi strategis seperti jalan protokol, sekolah, dan pemukiman. Perusahaan juga didorong untuk mengadopsi taman lingkungan melalui program kolaboratif.
4. Gerakan Bersih Sungai dan Pantai
HNSI mengusulkan kegiatan gotong royong bulanan untuk membersihkan sungai dan pesisir pantai, terutama di sekitar kawasan perairan yang terancam pencemaran. Tempat sampah terpilah juga perlu disediakan di titik-titik wisata air.
5. Edukasi dan Kampanye Kesadaran Lingkungan
Kesadaran masyarakat terhadap pentingnya menjaga lingkungan harus diperkuat. Sosialisasi besar-besaran ke sekolah, kampus, dan komunitas akan menjadi kunci. HNSI bahkan mendorong peluncuran kampanye “Cilegon Hijau, Cilegon Sehat, Cilegon Juara”.
6. Digitalisasi Pengawasan Lingkungan
Terakhir, HNSI mengusulkan pemasangan sensor kualitas udara dan air di kawasan industri dan titik strategis kota. Data lingkungan harus transparan dan dapat diakses publik melalui situs resmi Pemkot Cilegon.
Supriyadi menutup pernyataannya dengan harapan besar bahwa seiring derasnya investasi masuk ke Kota Baja ini, perhatian terhadap lingkungan tidak boleh dikesampingkan. “Jangan sampai pembangunan hanya menciptakan kemakmuran semu, sementara anak cucu kita mewarisi udara kotor dan air tercemar,” pungkasnya.















