SERANG, RUBRIKBANTEN – Suasana haru menyelimuti Lapangan Apel Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA Serang pada Jumat (21/03), saat ratusan Warga Binaan akhirnya dapat bersua dan berbuka puasa bersama keluarga tercinta. Momen istimewa ini menjadi pengobat rindu yang membuncah, di tengah keterbatasan yang mereka jalani selama masa pembinaan.
Kegiatan bertajuk Buka Puasa Bersama Keluarga itu diinisiasi langsung oleh Kepala Lapas Kelas IIA Serang, Gumilar Budirahayu, yang turut hadir bersama jajaran pejabat manajerial dan seluruh petugas Lapas. Dalam suasana khidmat penuh kekeluargaan, momen kebersamaan ini berlangsung lancar dan sarat makna di bulan suci Ramadan.
Sebelum masuk ke area acara, keluarga Warga Binaan harus melalui pemeriksaan data diri dan penggeledahan sesuai prosedur keamanan yang berlaku. Selepas itu, kegiatan dibuka dengan zikir bersama yang dipimpin oleh salah satu Warga Binaan, menciptakan suasana religius yang mendalam.
Kalapas Gumilar Budirahayu menyampaikan rasa syukur atas terselenggaranya acara yang dinilainya sangat penting bagi proses pemulihan moral dan mental para Warga Binaan.
“Kami sangat mengapresiasi kegiatan ini. Ini bukan sekadar buka puasa bersama, tapi juga momen berharga untuk memperkuat ikatan batin antara Warga Binaan dengan keluarganya. Kehadiran keluarga menjadi energi positif dalam proses pembinaan mereka,” ungkap Gumilar.
Acara kemudian dilanjutkan dengan doa bersama sebelum hidangan berbuka disajikan. Tangis haru tak terbendung ketika Warga Binaan melepas rindu, berbincang dan menikmati hidangan di samping keluarga yang telah lama tak bersua.
Salah satu anggota keluarga Warga Binaan pun mengungkapkan rasa terima kasihnya. “Saya sangat bersyukur atas kesempatan ini. Rasanya seperti mimpi bisa berbuka puasa bersama keluarga meskipun dalam situasi seperti ini. Ini memberi kami kekuatan baru,” ujarnya dengan mata berkaca-kaca.
Program buka puasa bersama ini menjadi bagian dari upaya Lapas Serang dalam menanamkan nilai religius sekaligus membangun kembali semangat kekeluargaan para Warga Binaan. Harapannya, dukungan keluarga yang mereka rasakan dapat menjadi pendorong kuat untuk terus berbenah diri dan menjalani pembinaan dengan lebih baik.
“Kami ingin menciptakan suasana positif di Lapas, karena pembinaan bukan hanya soal aturan, tapi juga soal kemanusiaan,” tutup Gumilar. (*)















