SERANG, RUBRIKBANTEN — Tim Penggerak (TP) PKK Provinsi Banten menegaskan komitmennya memperkuat kapasitas orang tua dan para kader dalam menghadapi tantangan pengasuhan di era digital yang semakin kompleks. Penguatan ini dinilai penting agar keluarga mampu mendampingi anak dengan tepat di tengah derasnya arus teknologi.
Hal tersebut disampaikan Ketua TP PKK Provinsi Banten, Tinawati Andra Soni, dalam kegiatan Pola Asuh Anak dan Remaja di Era Digital (Paaredi) yang digelar di Gedung Negara Provinsi Banten, Kota Serang, Senin (1/12/2025).
“Teknologi sering menjadi pengganti peran orang tua sehingga berubah menjadi ‘silent babysitter’. Ini mengurangi interaksi tatap muka yang berkualitas,” ujar Tinawati.
Menurutnya, kemajuan teknologi memberikan kemudahan sekaligus tantangan. Karena itu, dibutuhkan pendampingan yang konsisten agar anak tetap aman dan memperoleh pengalaman digital yang positif. Ia menyoroti generasi digital native yang sejak kecil sudah sangat akrab dengan gawai sehingga keluarga harus menjadi benteng utama dari dampak negatif.
“Pola asuh konvensional tidak lagi memadai. Keluarga adalah benteng utama pembentuk karakter dan pelindung anak dari risiko dunia digital,” tegasnya.
Tinawati menambahkan, peningkatan literasi digital bagi orang tua sangat penting agar pendampingan terhadap anak tidak hanya bersifat melarang, tetapi membangun keterbukaan dan kepercayaan.
“Yang dibutuhkan anak adalah pendampingan aktif. Digitalisasi harus diimbangi dengan penguatan nilai agama, moral, dan budaya lokal Banten agar mereka memiliki filter yang kuat,” jelasnya.
Ia berharap materi yang disampaikan narasumber dapat diterapkan langsung dalam kehidupan keluarga serta disebarluaskan ke masyarakat luas.
“Mari bersinergi menciptakan generasi emas Banten yang cerdas, berkarakter, dan beretika digital,” ucapnya.
Dalam kesempatan yang sama, psikolog Ratu Eliyan Handiyanti, Tenaga Ahli Divisi Pencegahan PUSPAGA Banten, menekankan bahwa setiap anak memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang dengan baik. Ia menyebut kualitas komunikasi keluarga menjadi kunci pembentukan karakter.
“Setiap anak lahir dengan potensi yang sama. Tugas orang tua adalah menghadirkan lingkungan yang aman dan hangat,” kata Ratu Eliyan.
Ia mengingatkan bahwa komunikasi positif bukan sekadar percakapan, tetapi kehadiran emosional orang tua yang mampu menenangkan anak.
“Kesalahan komunikasi sering terjadi karena kita terlalu cepat merespons, bukan memahami,” tegasnya.
Kegiatan ini ditutup dengan harapan agar para peserta menjadi agen perubahan dalam penguatan pola asuh digital di lingkungan masing-masing.















