CILEGON, RUBRIKBANTEN – Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Provinsi Banten, G.S. Ashok Kumar, mengungkapkan keprihatinannya atas kebijakan efisiensi anggaran Pemerintah yang dinilai tiba-tiba tanpa pemberitahuan jauh hari.
“Kami cukup kaget dengan efisiensi ini. Tapi kami tetap kolaboratif, contohnya seperti event hari ini,” ujar Ashok dalam sebuah kegiatan di Cilegon.
Ia menyoroti dampak pemangkasan anggaran sebesar 50% terhadap sektor perhotelan, terutama karena efek berantai atau multiplier effect-nya yang sangat luas.
“Hotel itu tidak berdiri sendiri. Ada petani buah, tukang sayur, UMKM, hingga anak-anak sekolah SMK yang praktik kerja lapangan (OJT). Kalau hotel tidak beroperasi normal, semuanya terdampak,” tegasnya.
PHRI Banten berharap agar sisa 50% anggaran segera dibuka oleh pemerintah agar industri perhotelan bisa bertahan.
“Kami tidak ingin mengeluh. Tapi kami berharap ada perhatian. Kami hanya minta dibuka 50% saja untuk hotel di Banten agar tetap hidup,” lanjut Ashok.
Sementara itu, Wakil Wali Kota Cilegon, Fajar Hadi Prabowo, turut memberikan dukungan kepada pelaku usaha perhotelan.
“Efisiensi ini bukan hal baru. Tapi kita tetap ingin support industri hotel. Salah satunya dengan memastikan tamu-tamu dari luar, seperti investor, bisa menginap di hotel-hotel Cilegon,” katanya.
Ia juga menyebutkan bahwa pihaknya mendorong agar bahan pokok untuk hotel bisa dibeli langsung di Cilegon sebagai upaya menjaga ekonomi lokal.
“Jangan beli di luar, mahal. Di Cilegon saja. Itu cara kami mendukung,” pungkasnya. (*)















