RUBRIKBANTEN – Industri Jasa Keuangan (IJK) di wilayah DKI Jakarta dan Banten mencatatkan performa mengesankan hingga akhir Februari 2025. Berdasarkan laporan Kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK) wilayah Jabodebek, sektor keuangan di kedua wilayah tersebut tetap stabil dan tahan banting di tengah dinamika perekonomian nasional.
Stabilitas ini tercermin dari pertumbuhan sektor perbankan yang positif, pengelolaan risiko dan likuiditas yang efektif, peningkatan kondisi ekonomi daerah, serta masifnya program edukasi dan pelindungan konsumen.
Di DKI Jakarta, total penyaluran kredit per Februari 2025 mencapai Rp393,24 triliun, tumbuh 11,92% secara tahunan (yoy). Tingkat kredit bermasalah (NPL) tercatat hanya 1,79%, menandakan penerapan prinsip kehati-hatian yang kuat.
Dana Pihak Ketiga (DPK) di Ibu Kota juga naik 5,57% yoy menjadi Rp249,54 triliun, mencerminkan likuiditas perbankan yang sehat dan kepercayaan masyarakat yang tinggi.
Sementara itu, Provinsi Banten tak kalah bersinar. Penyaluran kredit tumbuh 5,48% yoy menjadi Rp218,23 triliun dengan NPL 2,98%. DPK di Banten mencatat pertumbuhan lebih tinggi, yakni 9,28% yoy dengan total Rp297,54 triliun.
Di DKI Jakarta, sektor industri pengolahan menjadi primadona kredit modal kerja dengan porsi 19,27%, seiring kontribusinya sebesar 11,49% terhadap PDRB. Sektor perantara keuangan dan perdagangan besar-eceran juga menjadi penerima kredit terbesar berikutnya.
Berbeda dengan Jakarta, masyarakat Banten lebih dominan pada kredit konsumsi. Kredit untuk pemilikan rumah tinggal menyumbang 31,68%, diikuti peralatan rumah tangga 15,18%, dan perdagangan besar-kecil 12,06%. Ini menunjukkan minat tinggi terhadap sektor properti dan konsumsi rumah tangga.
Meski penyaluran kredit tumbuh, kualitas kredit tetap menjadi tantangan. Di Jakarta, sektor perikanan mencatat NPL tertinggi sebesar 5,56%, disusul jasa perorangan (4,18%) dan pemilikan ruko (3,28%). Di Banten, sektor konstruksi memimpin dengan NPL 7,20%, diikuti real estate (5,74%) dan perikanan (5,24%).
Minat masyarakat terhadap pasar modal juga melonjak tajam. Jumlah investor di DKI Jakarta tembus 3,21 juta, naik 108,82% yoy, dengan Jakarta Pusat sebagai kontributor terbesar (50,66%). Di Banten, investor mencapai 814,7 ribu, naik 8,62%, didominasi oleh Kota Tangerang (29,92%).
Nilai transaksi saham masyarakat Jakarta mencapai Rp153,18 miliar, dengan Jakarta Selatan menyumbang 40,87%. Sementara di Banten, transaksi saham tercatat Rp18,06 miliar, dengan dominasi dari Tangerang (58,36%).
Secara keseluruhan, data ini menegaskan bahwa sektor jasa keuangan di DKI Jakarta dan Banten terus menunjukkan ketahanan, mendukung pertumbuhan ekonomi daerah, dan mendorong inklusi keuangan lewat peningkatan literasi dan partisipasi masyarakat di pasar keuangan. (*)















