SERANG, RUBRIKBANTEN — Gemerincing nada dari petikan kacapi dan tiupan suling Sunda membelah malam Sabtu di Hotel Aston Serang. Dalam kemasan program Pusat Budaya Banten, Sanggar Seni Komara Paraguna sukses memikat hati para tamu dengan penampilan istimewa yang menyuguhkan keindahan alam dan kekayaan budaya Banten melalui musik tradisional kacapi suling.
Penampilan tersebut menghadirkan nuansa etnik yang khas namun terasa segar, karena dikombinasikan dengan lagu-lagu baru ciptaan musisi lokal seperti “Alam Banten Anu Kuring” dan “Debus Banten” karya Rian Permana, serta “Serang Kota Sajarah” ciptaan maestro karawitan Sunda, Saudi Sasmita. Lagu-lagu ini dibawakan apik oleh Rian Permana (kacapi), Palguna Edya Wibisana (suling), dan Irna Juliana sebagai sinden.
“Lagu Alam Banten Anu Kuring menceritakan keelokan alam Banten: dari sawah, gunung, hingga laut biru yang membentang. Ini ajakan untuk menjaga dan merawatnya sebagai aset berharga,” jelas Rian Permana, yang juga menjabat sebagai Sekretaris Program Studi Seni Pertunjukan FKIP Untirta.
Lagu Debus Banten menjadi highlight malam itu, menggambarkan seni bela diri dan kekuatan supranatural khas tanah jawara, lengkap dengan nilai spiritual dan filosofi mendalam. Sementara Serang Kota Sajarah menyorot kejayaan sejarah Kota Serang yang subur, harmonis, dan dihiasi kisah kepemimpinan Sultan Maulana Yusuf.
Menurut Rian, lagu-lagu yang dibawakan merupakan upaya strategis untuk menanamkan kecintaan masyarakat terhadap budaya Banten. “Banten bukan hanya tanah jawara, tapi juga tanah yang kaya akan nilai, sejarah, dan seni yang luar biasa. Musik menjadi medium untuk membangkitkan rasa bangga dan cinta masyarakat terhadap daerahnya,” ujar Rian yang juga aktif di Paguyuban Sumedang Larang (PSL) Banten.
Tak hanya menyuguhkan seni musik, Hotel Aston Serang juga memanjakan tamu dengan parade tari nusantara bertajuk Wonderful Indonesia oleh Sanggar Seni Raksa Budaya Kota Serang. Ini menambah semarak dan kedalaman nuansa budaya dalam program tersebut.
General Manager Hotel Aston Serang, Doddy Fathurahman menegaskan bahwa kegiatan Pusat Budaya Banten akan digelar secara rutin setiap Sabtu malam sebagai suguhan seni budaya yang mendampingi jamuan makan malam tamu hotel. “Kami ingin Aston jadi rumah budaya, tempat para pelancong bisa langsung menikmati khasanah seni Banten tanpa harus jauh-jauh,” kata Doddy.
Ia juga menambahkan, program ini akan dikembangkan dengan menyuguhkan kuliner khas Banten seperti Rabeg dan Angeun Lada, serta produk kreatif lainnya seperti fesyen etnik dan kerajinan tangan lokal.
Melalui gelaran ini, Hotel Aston Serang tak sekadar menjadi penginapan, melainkan menjadi simpul budaya yang menghidupkan identitas Banten. Dan malam itu, kacapi suling bukan hanya memainkan nada—tapi menyuarakan Banten dalam denyut rasa.















