CILEGON, RUBRIKBANTEN – Dewan Kebudayaan Kota Cilegon (DKKC) kembali menegaskan eksistensinya sebagai penjaga warisan spiritual dan budaya lokal. Dalam kegiatan bertema “Mengkaji Budaya Masyarakat Lewat Nilai-nilai Agama Islam” yang digelar Majelis Asma Ratib di Semburat, Selasa malam (7/10/2025), DKKC hadir bukan sekadar menyimak, melainkan menguatkan pesan bahwa budaya dan agama adalah dua sisi mata uang yang tak terpisahkan di tanah para santri ini.
Kegiatan tersebut menghadirkan ulama karismatik sekaligus Dewan Penasehat DKKC, K.H. Muktillah, S.Ag., M.Pd., yang mengupas mendalam hubungan antara tradisi lokal dan ajaran Islam — khususnya di masyarakat Banten yang dikenal religius namun tetap berakar kuat pada adat.
Budaya Sebagai Pilar Akhlak
Dalam ceramahnya, K.H. Muktillah menegaskan bahwa budaya di Cilegon sejatinya lahir dari semangat dakwah dan nilai-nilai akhlakul karimah. Menurutnya, Islam tidak pernah menolak budaya, justru hadir untuk menyempurnakannya.
“Islam tidak anti budaya. Islam datang untuk meluruskan yang menyimpang dan menguatkan yang baik. Budaya di Cilegon ini adalah cermin keimanan kita. Jika budaya kita luhur, insya Allah iman kita pun kuat,” ujar K.H. Muktillah penuh semangat.
Ia juga mengingatkan pentingnya peran ulama dan tokoh masyarakat dalam menanamkan kembali nilai-nilai budaya Islami kepada generasi muda di tengah derasnya arus globalisasi.
DKKC: Seimbang antara Budaya dan Industri
Sementara itu, Ketua Umum DKKC Ayatullah Khumaeni, S.T., menegaskan bahwa Cilegon harus tetap menempatkan nilai-nilai santri di tengah geliatnya sebagai kota industri.
“Cilegon ini unik. Industri boleh maju, tapi ruhnya tetap Kota Santri. Melalui kegiatan seperti ini, kita buktikan bahwa budaya dan agama bisa berjalan berdampingan, bahkan saling menguatkan,” ungkap Ayatullah.
Ia juga menambahkan bahwa DKKC siap bersinergi dengan majelis keagamaan dan komunitas masyarakat untuk memastikan nilai-nilai Islam menjadi DNA dalam setiap program kebudayaan di Kota Baja tersebut.
Sinergi Spiritual dan Sosial
Rasa syukur juga datang dari Roni, pimpinan Majelis Asma Ratib Semburat. Ia menilai kehadiran DKKC sebagai bentuk dukungan nyata dalam menjaga keseimbangan antara spiritualitas dan kebudayaan.
“Kami berterima kasih kepada DKKC, khususnya K.H. Muktillah dan Bapak Ayatullah Khumaeni. Kajian ini bukan hanya memperkaya ilmu, tapi juga mempererat silaturahmi dan meneguhkan semangat kebersamaan,” tuturnya.
Acara kemudian ditutup dengan pembacaan Ratibul Athas, yang menyatukan seluruh hadirin dalam lantunan doa bagi kemajuan budaya dan keberkahan bagi Kota Cilegon.
DKKC kembali menunjukkan bahwa Cilegon bukan hanya kuat dalam baja dan industri, tetapi juga tangguh dalam iman dan budaya sebuah harmoni yang menjadi jantung identitas Kota Santri.















