Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Example floating
Example floating
Banner Atas Rubrik Banten
BantenBeritaBisnisDaerahEkonomiKabupaten LebakKabupaten PandeglangKabupaten SerangKabupaten TangerangKementerianKota CilegonKota SerangKota TangerangNasionalOrganisasiPemerintahPendidikanPolitikSosial

Banten Gelap Gulita: Pemerintah Merem, Masyarakat Dinina Bobokan

723
×

Banten Gelap Gulita: Pemerintah Merem, Masyarakat Dinina Bobokan

Sebarkan artikel ini

SERANG, RUBRIKBANTEN – Gerakan Diskusi Literasi Demokrasi atau dikenal sebagai Gerakan SAKA yang digagas oleh Aktivis Muda Banten, Ahmad Ru’yat, kembali menggelar diskusi terbuka. Diskusi ini menyoroti kondisi Provinsi Banten yang dinilai masih jauh dari harapan, terutama terkait pembangunan infrastruktur, pertumbuhan ekonomi, dan kesiapan daerah dalam menarik minat investor.

Dalam diskusi yang diadakan baru-baru ini, Ahmad Ru’yat menyoroti bahwa pembangunan di Banten seharusnya merata di seluruh kabupaten/kota. Menurutnya, kesiapan infrastruktur adalah kunci utama agar Banten bisa menarik investor dari berbagai sektor. Namun, fakta di lapangan menunjukkan masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan pemerintah daerah.

“Kita bicara tentang Banten, persoalannya bukan hanya infrastruktur yang timpang, tapi juga bagaimana ekonomi dan pembangunan itu sendiri tidak dirasakan merata oleh masyarakat di kabupaten/kota,” ujar Ahmad Ru’yat.

Diskusi yang rencananya menghadirkan perwakilan dari delapan kabupaten/kota di Banten, justru hanya dihadiri oleh satu pihak, yakni Tenaga Ahli dari Pemkot Serang. Minimnya partisipasi ini menjadi catatan tersendiri bagi Ahmad dan para peserta diskusi.

Baca juga:  Harison Mocodompis Kobarkan Semangat Kepahlawanan: Dari Tanah Banten, Kita Isi Kemerdekaan dengan Kerja Nyata

“Ini menunjukkan ada masalah serius dalam komunikasi dan kesadaran pemangku kepentingan daerah untuk membahas masa depan Banten secara bersama-sama,” katanya.

Ahmad Ru’yat juga mengungkapkan bahwa istilah Banten Gelap Gulita yang selama ini digaungkan oleh mahasiswa muncul karena masyarakat masih banyak yang terjebak dalam edukasi politik yang sempit. Fokus pada kepentingan politik membuat masyarakat dan pemerintah abai terhadap persoalan nyata yang dihadapi daerah.

“Kenapa Banten disebut gelap gulita? Karena masyarakatnya dididik hanya untuk kepentingan politik praktis. Tidak diajak memahami persoalan daerah yang lebih substansial,” tegasnya.

Selain itu, menurut Ahmad, sikap pemerintah daerah yang seolah-olah “merem” terhadap investasi juga menjadi penghambat kemajuan Banten. Ia menilai, pemerintah tidak cukup proaktif menciptakan iklim investasi yang sehat, sementara masyarakat justru dinina bobokan dalam kenyamanan semu.

“Kita ingin pemerintah daerah lebih welcome terhadap investasi. Karena, bagaimanapun, investasi adalah motor penggerak pembangunan. Tanpa itu, Banten akan terus berada dalam situasi yang disebut mahasiswa sebagai gelap gulita,” tutup Ahmad Ru’yat. (*)

Example 120x600
Untitled-1

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan Rubrik Banten