JAKARTA, RUBRIKBANTEN – Ketua MPR RI ke-15 sekaligus Anggota DPR RI, Bambang Soesatyo (Bamsoet), menilai bahwa gaya kepemimpinan strategis Presiden Prabowo Subianto menjadi faktor kunci dalam menjaga posisi Indonesia di tengah pusaran geopolitik dunia yang semakin kompleks.
Menurut Bamsoet, Presiden Prabowo tampil dengan kombinasi komunikasi tegas, negosiasi cerdas, serta diplomasi berlandaskan kemanusiaan, menjadikan Indonesia semakin diperhitungkan di kancah internasional.
“Presiden Prabowo memperlihatkan kepemimpinan yang terukur dan percaya diri di forum-forum internasional. Beliau tampil sebagai negosiator ulung yang tahu kapan harus berbicara keras dan kapan memberi ruang dialog,” ujar Bamsoet saat memberikan kuliah daring bertajuk “Kepemimpinan Strategis Dalam Komunikasi dan Negosiasi” di Program Pascasarjana Fakultas Keamanan Nasional, Universitas Pertahanan (Unhan), Jakarta, Selasa (11/10/2025).
Ketua DPR RI ke-20 dan Ketua Komisi III DPR RI ke-7 ini menjelaskan bahwa dalam berbagai forum internasional, Presiden Prabowo menunjukkan kemampuan komunikasi strategis dengan pendekatan yang menggabungkan ketegasan dan empati.
Di Sidang Umum PBB 2025, misalnya, Presiden Prabowo menegaskan pentingnya kedaulatan, keadilan global, dan perdamaian dunia, serta mengaitkannya dengan visi Indonesia sebagai kekuatan moral global.
Gaya komunikasi khas Prabowo juga tampak dalam KTT Damai untuk Gaza di awal tahun 2025. Dalam forum itu, Prabowo berhasil menjembatani pandangan antara negara-negara Barat dan dunia Islam melalui konsep “humanitarian diplomacy”, yaitu diplomasi yang tidak berbasis tekanan, melainkan rasa percaya dan kepedulian kemanusiaan.
“Dalam forum KTT APEC di Korea Selatan, Presiden Prabowo mendorong kerja sama ekonomi dan pertahanan berbasis kemandirian nasional, dengan fokus pada ketahanan pangan dan energi. Ini bentuk kepemimpinan strategis yang menggabungkan komunikasi diplomatik dan negosiasi ekonomi,” jelas Bamsoet.
Sebagai Wakil Ketua Umum Partai Golkar dan Wakil Ketua Umum Koordinator Bidang Politik, Pertahanan & Keamanan KADIN Indonesia, Bamsoet menekankan bahwa kepemimpinan Prabowo yang dikenal lugas dan patriotik akan semakin kuat bila disertai komunikasi publik yang transparan dan partisipatif.
Ia menilai, di tengah era digital yang dipenuhi disinformasi dan polarisasi media sosial, gaya komunikasi satu arah sudah tidak relevan. Pemerintah harus membuka ruang dialog dua arah agar masyarakat memahami dan merasakan langsung manfaat dari setiap kebijakan besar.
“Kepemimpinan strategis menuntut komunikasi yang inklusif. Komunikasi publik yang terbuka dan partisipatif adalah fondasi kepercayaan,” tutur Bamsoet.
Ketua Dewan Pembina Perkumpulan Alumni Doktor Ilmu Hukum Universitas Padjadjaran (UNPAD) dan Kepala Badan Bela Negara FKPPI ini menambahkan, kepemimpinan strategis dalam komunikasi dan negosiasi bukan soal siapa yang paling keras berbicara, tetapi siapa yang paling mampu mendengarkan.
“Dunia akan menghargai pemimpin yang bisa mengubah kata menjadi kepercayaan, dan kepercayaan menjadi kekuatan,” ungkapnya.
Bamsoet juga mencontohkan sejumlah tokoh dunia yang sukses mengelola komunikasi strategis seperti Angela Merkel dalam krisis migran Eropa dan Nelson Mandela dalam rekonsiliasi pasca-apartheid.
“Mereka membuktikan bahwa komunikasi yang tenang bisa lebih kuat dari pidato berapi-api. Presiden Prabowo berpotensi mengikuti jejak sukses itu dengan gaya khas Indonesia yang lugas, berani, dan tetap humanis,” pungkas Bamsoet.















