Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Example floating
Example floating
Banner Atas Rubrik Banten
BantenBeritaDaerahKota CilegonOrganisasiPemerintahPendidikanSosial

Dari Rumah Kosong ke Negeri Tirai Bambu: Hery Yuanda, Anak Tukang Sampah yang Siap Taklukkan Dunia

217
×

Dari Rumah Kosong ke Negeri Tirai Bambu: Hery Yuanda, Anak Tukang Sampah yang Siap Taklukkan Dunia

Sebarkan artikel ini

CILEGON, RUBRIKBANTEN – Mimpi besar tak selalu lahir dari kenyamanan. Bagi Hery Yuanda, pemuda 23 tahun asal Kecamatan Citangkil, Kota Cilegon, Banten, kerasnya hidup justru menjadi batu loncatan menuju cita-cita. Lahir dari keluarga sederhana dengan ayah seorang tukang sampah, Hery membuktikan bahwa keterbatasan bukan alasan untuk menyerah. Kini, ia bersiap menempuh pendidikan tinggi di Negeri Tirai Bambu, China.

“Alhamdulillah, bisa lolos kuliah di China, negara yang saya impikan sejak lama. China adalah negara adidaya nomor dua setelah Amerika, rival abadi dalam menguasai pasar ekonomi dunia. Dan dalam agama saya, ada hadits yang bilang, tuntutlah ilmu hingga ke Negeri China,” ungkap Hery saat ditemui, Rabu (12/3/2025).

Pada Minggu, 16 Maret 2025 mendatang, Hery dijadwalkan terbang ke China untuk kuliah di jurusan Electronic Information Engineering and Technology, Guilin University of Electronic Technology (GUET), Provinsi Guangxi.

Namun, perjalanan Hery menuju impian itu penuh lika-liku. Sejak kecil, ia hidup dalam keterbatasan dan kerap kali sendirian. Orang tuanya bercerai ketika ia duduk di kelas 1 SD. Ibunya yang saat itu mengandung adiknya, pindah ke Banyumas tanpa pekerjaan tetap. Di usia SMP, Hery bahkan hidup sendiri di kampung, bertahan tanpa kehadiran orang tua di sisinya.

Baca juga:  Polsek Tigaraksa Bongkar Sarang Narkoba di Desa Pasir Nangka, Dua Tersangka Dibekuk Polisi

“Puluhan kali saya pulang sekolah, rumah kosong. Gak ada makanan, gak ada yang nunggu. Tapi saya tahu, kalau mau hidup lebih baik, saya harus bertahan dan terus belajar,” kenang Hery dengan mata berkaca-kaca.

Meski hidup serba sulit, Hery selalu menjadi siswa berprestasi dari SD hingga SMA. Ia meraih juara kelas, aktif dalam berbagai lomba seperti pramuka, tembang macopat, dan bahkan Kompetisi Sains Madrasah (KSM) bidang Ekonomi Terintegrasi di peringkat dua tingkat provinsi. Ia juga menjadi juara dua Olimpiade Sejarah tingkat Provinsi Banten.

Tak berhenti sampai di situ, Hery juga menjadi tulang punggung keluarga sejak remaja. Ia bekerja serabutan, dari berdagang, menjadi wartawan, hingga mondok sambil mencari uang tambahan untuk biaya kursus bahasa Mandarin, paspor, dan visa demi mengejar impiannya kuliah ke luar negeri.

“Orang tua saya bilang saya nekat, tapi saya percaya ini jalan saya. Saya harus buktikan kalau saya bisa,” tegasnya.

Ayahnya, yang kini bekerja sebagai tukang sampah dengan penghasilan Rp700 ribu per bulan, jelas tak mampu menanggung seluruh biaya kebutuhan awal Hery di China. Biaya kontrakan rumah sebesar Rp500 ribu menyisakan Rp200 ribu untuk kebutuhan makan sebulan. Meski tiket keberangkatan sudah dipesan untuk 16 Maret, Hery masih berjuang mencari dana tambahan.

Baca juga:  Gandeng Kemenhub dan Global Player, PLN Siap Ubah Lautan Jadi Zona Bebas Emisi dengan Hidrogen Hijau

“Saya tidak mau berhenti hanya karena kekurangan biaya. Saya sudah sampai di sini, tinggal selangkah lagi,” ujar Hery penuh harap.

Kini, Hery tinggal menunggu uluran tangan dari siapa pun yang tergerak membantu. Ia ingin belajar, membangun jaringan, dan suatu saat kembali untuk mengabdi, terutama bagi masyarakat Cilegon.

“Tujuan saya kuliah, bukan cuma untuk diri sendiri, tapi untuk membuka akses dan jaringan bagi Indonesia. China luar biasa dalam menguasai pasar ekonomi dunia. Kenapa kita tidak belajar dari mereka?” pungkas Hery. (*)

Example 120x600
Untitled-1

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan Rubrik Banten