SERANG, RUBRIKBANTEN – Wakil Menteri Sosial Republik Indonesia, Agus Jabo Priyono, menegaskan pentingnya data yang akurat dalam upaya penanganan kemiskinan dan penghapusan kemiskinan ekstrem di Indonesia. Hal tersebut disampaikannya dalam kunjungan kerja yang berlangsung pada Rabu (23/4).
Menurut Wamen Agus Jabo, per September 2024, jumlah penduduk miskin di Indonesia masih berada pada angka yang mengkhawatirkan, yakni 24,06 juta jiwa atau setara 8.538.583 keluarga, dengan persentase sebesar 8,57 persen dari total populasi. Yang mencengangkan, lebih dari separuh atau sekitar 52,45 persen penduduk miskin berada di Pulau Jawa. Kebanyakan dari mereka bekerja di sektor pertanian, yang rentan terhadap fluktuasi ekonomi dan iklim.
“Data yang valid adalah fondasi utama dalam menentukan arah kebijakan. Kita tidak bisa sembarangan menyalurkan bantuan jika tidak tahu siapa yang benar-benar membutuhkan,” tegas Agus Jabo.
Dalam strategi penanganan kemiskinan, Kementerian Sosial RI mengedepankan keseimbangan antara pemberian bantuan langsung dan upaya pemberdayaan masyarakat. Menurutnya, bantuan hanya akan bersifat sementara tanpa dibarengi dengan program yang mendorong kemandirian ekonomi warga miskin.
“Tujuan kita bukan sekadar menurunkan angka statistik kemiskinan, tapi menciptakan perubahan nyata yang berkelanjutan,” imbuhnya.
Pernyataan ini menjadi pengingat penting bagi seluruh pemangku kebijakan, bahwa perjuangan memberantas kemiskinan membutuhkan sinergi lintas sektor, dan yang paling utama yakni keakuratan data. (*)















