CILEGON, RUBRIKBANTEN – Meski enggan menyebut kondisi sejumlah wilayah di Cilegon sebagai “krisis air”, Direktur Perumda Air Minum (PDAM) Kota Cilegon, Ikhwan Kurniawan, dengan tegas mengakui bahwa wilayah perbukitan seperti Kecamatan Pulomerak sedang mengalami kekurangan air yang cukup serius.
“Kalau krisis itu sudah di titik nadir dan berbahaya. Tapi kalau kekurangan, artinya air ada, tapi tidak banyak,” ungkap Ikhwan dalam keterangan persnya, Kamis (28/8/2025)
Menurutnya, selama ini masyarakat di wilayah-wilayah tersebut lebih banyak mengandalkan solusi mandiri, seperti membuat sumur bor atau memanfaatkan mata air setempat. Bahkan, ada bantuan dari pihak swasta yang turut berkontribusi. Namun, Ikhwan menilai, sebagai perusahaan milik daerah yang bergerak di bidang air, PDAM harus turun tangan langsung, apalagi ini sudah masuk dalam program prioritas RPJMD Wali Kota Cilegon.
Cipala Jadi Role Model Distribusi Estafet
PDAM Cilegon, kata Ikhwan, telah sukses menjalankan proyek distribusi air bertingkat di kawasan perbukitan Cipala, yang kini dijadikan model utama dalam menangani wilayah-wilayah serupa di Pulomerak.
“Dulu kita minta izin ke Indonesia Power untuk nyambung dari pipanya PT KTI. Alhamdulillah sampai sekarang masih berjalan,” jelasnya.
Dengan sistem estafet enam reservoir, air dipompa bertahap dari bawah hingga ke titik tertinggi, mengatasi perbedaan ketinggian yang mencapai 440 meter. Keberhasilan ini memberi kepercayaan diri bagi PDAM untuk mengembangkan proyek serupa di Gunung Batur dan sekitarnya.
Bukan Sekadar Bor! Air Tanah Bisa Habis
Ikhwan juga menyoroti kelemahan penggunaan sumur dalam yang meski instan, punya risiko jangka panjang. “Kalau vegetasi di atasnya rusak, resapan air hujan berkurang. Sumur yang dulu debitnya besar bisa turun drastis bahkan habis,” ujar dia sambil menyebut sumur milik PDAM di Langon yang kini debitnya menurun.
Karena itulah, PDAM menggagas pemasangan Jaringan Distribusi Utama (JDU)dari wilayah Gerem hingga Suralaya. Proyek ini dibagi dalam tiga segmen:
Segmen I (Gerem – ASDP): Ditangani PDAM.
Segmen II (ASDP – Lebak Gede): Oleh BPD.
Segmen III (Lebak Gede – Suralaya): Dalam tahap persiapan.
“Dari JDU itu baru dinaikkan lagi ke perbukitan menggunakan sistem estafet seperti Cipala. Ini bukan wacana, ini sudah jalan,” tegasnya.
Tantangan: Perawatan dan Operasional
Meski optimistis, Ikhwan menyoroti pentingnya pengelolaan operasional dan perawatan pompa, reservoir, dan pipa yang akan dipasang. Ia menyarankan dibentuknya lembaga lokal seperti KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat) atau paguyuban untuk menangani perawatan sehari-hari dengan dukungan teknis dari PDAM.
“Kita ini seringnya jago bangun, tapi lemah di merawat. Nah sekarang kita fokus ke situ juga,” tambahnya.
Dengan pengalaman di Cipala, PDAM Cilegon yakin strategi ini bisa direplikasi secara bertahap ke wilayah lain yang mengalami kekurangan air, tanpa harus terus bergantung pada air tanah yang kian menipis.















