CILEGON, RUBRIKBANTEN – Denting musik tradisional berpadu dengan derap langkah para penari, disambut sorak sorai penonton yang memadati jalan. Suasana penuh warna itu mewarnai Parade Budaya Nusantara, bagian dari Budaye Cilegon Fest & International Folk Arts (BC-FIFA) 2025, Minggu (10/8/2025).
Di antara ratusan peserta, Kelurahan Pabean menjadi sorotan utama. Sebagai desa budaya di Cilegon, mereka hadir bukan sekadar untuk tampil—melainkan untuk meninggalkan kesan mendalam.
Atraksi puncak mereka adalah debus, seni bela diri tradisional Banten yang melegenda. Satu per satu aksi ekstrem dipertontonkan di hadapan ribuan pasang mata. Seorang pemain bahkan dengan tenang memainkan golok tanpa raut gentar, memancarkan aura keberanian dan ketangguhan khas jawara Banten.
“Debus bukan sekadar hiburan, ini simbol keberanian, ketangguhan, dan keyakinan. Warisan dari para jawara,” ujar Hasidi, Ketua Kelompok Desa Budaya Pabean.
Namun Pabean tak hanya mengandalkan sensasi adrenalin. Mereka juga membawa “cerita tanah” melalui pameran hasil bumi: padi, pisang, singkong, hingga palawija. Semua ikut dalam iring-iringan, menjadi pengingat bahwa budaya juga tumbuh dari tanah yang diolah dan kehidupan sehari-hari yang bersahaja.
“Budaya itu luas. Bukan hanya tarian atau pertunjukan, tapi juga cara hidup bagaimana kami bertani, menjaga alam, dan merawat tradisi,” tambah Hasidi yang belakangan viral di media sosial.
Tampil sejajar dengan delegasi budaya dari seluruh penjuru nusantara hingga mancanegara, Pabean membawa pesan sederhana namun kuat: budaya lokal tak kalah gagah di panggung global.
Penonton pun dibuat terpukau. Banyak yang merekam setiap momen, mulai dari aksi debus yang memacu adrenalin hingga parade hasil bumi yang memikat hati.
Dengan keikutsertaan di BC-FIFA 2025, Pabean menegaskan diri sebagai pusat kebudayaan yang hidup, berani, dan terus berkembang.
“Ini bukan akhir. Ini awal perjalanan budaya kami untuk lebih dikenal,” tutup Hasidi dengan penuh optimisme.
