SERANG, RUBRIKBANTEN — Ratusan nelayan di Kampung Cikubang, Desa Argawana, Kecamatan Puloampel, Kabupaten Serang, mengeluhkan kondisi pangkalan nelayan yang mengalami pendangkalan parah akibat sedimentasi. Akibatnya, saat air laut surut, perahu-perahu nelayan tak bisa masuk ke pangkalan dan terpaksa menunggu pasang.
Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Rukun Cikubang, Ali Musrofi, menuturkan bahwa pendangkalan tersebut terjadi semakin sering dan menghambat aktivitas nelayan. Ia menyebut salah satu penyebabnya adalah meningkatnya aktivitas industri di sekitar lokasi.
“Ini sudah sering terjadi, perahu anggota kami kandas saat mau masuk pangkalan, terutama ketika air surut. Kami jadi tidak bisa beraktivitas, harus menunggu air laut pasang. Ini sangat merugikan dan mengganggu mata pencaharian nelayan,” kata Ali saat ditemui pada Selasa (13/5/2025).
Ali mengungkapkan, salah satu faktor utama yang diduga menyebabkan pendangkalan adalah keberadaan stokepile milik perusahaan pengelola limbah batu bara yang lokasinya tak jauh dari pangkalan nelayan. Ia menyebut, limbah yang terbawa hujan diduga mengendap di area pangkalan.
“Apalagi kalau musim hujan, cepet banget dangkalnya. Dulu, saat manajemen RGM masih peduli, mereka langsung turunkan alat untuk pengerukan ketika kami minta bantuan. Tapi sekarang makin susah,” jelasnya.
Para nelayan juga meminta perhatian dari Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Serang untuk turun langsung meninjau kondisi lapangan. Mereka berharap pemerintah tidak hanya menunggu laporan, tetapi aktif mencari solusi atas persoalan ini.
“DKP jangan cuma duduk manis di kantor. Lihat kondisi kami di lapangan. Kalau pemerintah turun, industri juga bisa merasa terpanggil untuk bertanggung jawab,” tegas Ali.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada tanggapan resmi dari pihak perusahaan maupun instansi terkait. Nelayan berharap ada solusi nyata agar mereka bisa kembali melaut tanpa hambatan.















