CILEGON, RUBRIKBANTEN – Perpanjangan aktivitas flaring yang dilakukan oleh PT Lotte Chemical Indonesia (LCI) mulai memantik keluhan dari para nelayan di Kota Cilegon. Mereka mengeluhkan dampak signifikan terhadap hasil tangkapan laut, khususnya cumi dan udang, yang selama ini menjadi andalan penghasilan.
Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kota Cilegon, Supriyadi, mengungkapkan bahwa flaring yang dilakukan LCI memengaruhi aktivitas tangkap para nelayan, terutama yang beroperasi di kawasan Tanjung Peni dan Tanjung Leneng.
“Dampaknya nyata terhadap penangkapan cumi dan udang. Cahaya dari flaring menyebar ke laut dan mengganggu aktivitas tangkap,” ujar Yadi, sapaan akrabnya, saat dikonfirmasi, Rabu (29/5/2025).
Menurut Yadi, penurunan hasil tangkapan ini terjadi justru di tengah musim cumi—masa yang seharusnya menjadi momen panen dan peningkatan pendapatan nelayan.
“Sekarang ini musim cumi, tapi tangkapannya minim. Itu sangat berdampak secara ekonomi,” jelasnya.
Ia menegaskan bahwa PT LCI tidak cukup hanya menginformasikan soal perpanjangan flaring, melainkan juga perlu menunjukkan tanggung jawab sosial terhadap masyarakat terdampak, terutama nelayan.
“Harapan kami, LCI tidak hanya menyampaikan informasi soal perpanjangan flaring, tapi juga memberi perhatian terhadap dampaknya terhadap nelayan, baik dari segi hasil tangkap maupun ekonomi keluarga,” tegas Yadi.
Mengenai kompensasi, Yadi mengakui bahwa sebelumnya perusahaan sempat menyalurkan bantuan sembako kepada para nelayan terdampak. Namun, hingga saat ini belum ada kejelasan mengenai bantuan tambahan seiring dengan diperpanjangnya masa flaring.
“Soal nilai bantuannya saya tidak tahu pasti. Tapi yang saya dengar, memang ada pembagian 300 paket sembako di dua lokasi. Namun, belum ada pembicaraan lanjutan setelah perpanjangan diumumkan,” katanya.
Yadi menutup pernyataannya dengan menyampaikan keresahan yang dirasakan para nelayan terkait ketidakjelasan durasi flaring tersebut.
“Ketidakjelasan soal durasi perpanjangan ini yang membuat nelayan semakin khawatir. Harapannya, ada kejelasan dan juga bentuk tanggung jawab dari perusahaan,” pungkasnya.















