CILEGON, RUBRIKBANTEN – Kepala Bidang Kesiapsiagaan dan Kebencanaan BPBD Kota Cilegon, Oman Faturahman, mengungkapkan bahwa mayoritas bencana yang terjadi di wilayah Cilegon tergolong dalam kategori hidrometeorologi. Hal ini dipicu oleh kondisi geografis Indonesia yang berada di garis khatulistiwa, sehingga rentan terhadap perubahan cuaca ekstrem.
“Kalau kejadian bencana di Cilegon, umumnya itu banjir, angin puting beliung, dan juga kekeringan. Jadi rata-rata masuk kategori hidrometeorologi,” ujar Oman saat ditemui wartawan RUBRIKBANTEN, Rabu (2/7/2025).
Ia menjelaskan, bencana hidrometeorologi merupakan dampak langsung dari dinamika cuaca yang tidak menentu perpaduan antara panas terik dan hujan deras yang dapat memicu angin kencang maupun banjir secara tiba-tiba.
“Karena kita berada di garis khatulistiwa, maka cuaca ekstrem seperti panas dan hujan yang bergantian bisa menimbulkan bencana seperti angin puting beliung. Mayoritas bencana kita memang dari faktor cuaca ini,” jelasnya.
Meski frekuensi kejadian bencana cukup tinggi, Oman menyebutkan bahwa status darurat bencana di Cilegon baru pernah diberlakukan satu kali, yakni saat pandemi COVID-19 melanda.
“Sepanjang pengalaman saya, status darurat bencana di Cilegon hanya pernah dikeluarkan saat COVID-19. Untuk bencana hidrometeorologi belum pernah sampai ke tahap itu,” tutupnya. (Abdila/RB)















