CILEGON, RUBRIKBANTEN – Kota industri yang dikenal sebagai pusat kekuatan ekonomi nasional ini ternyata berdiri di atas dua potensi bencana besar yang mengintai setiap saat: bencana alam dan kegagalan teknologi industri. Kondisi ini harus menjadi peringatan keras bagi pemerintah daerah dan seluruh pelaku industri di Cilegon agar tidak lengah, dan segera mengambil langkah konkret dalam mitigasi serta penanggulangan bencana secara luar biasa dan sistematis.
Dua tingkat kebahayaan yang mengancam Kota Cilegon secara serius dan terus-menerus, yakni:
1. Tingkat kebahayaan bencana alam – Termasuk potensi gempa besar dan tsunami akibat megathrust Selat Sunda.
2. Kebahayaan bencana kegagalan teknologi industri – Mengingat Cilegon menjadi rumah bagi industri kimia hulu, baja, dan energi berisiko tinggi.
Kesiapsiagaan Masih Rendah, Risiko Tinggi
Temuan mengejutkan hasil inspeksi mendadak Komisi I DPRD dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Cilegon menunjukkan bahwa sekitar 60% industri di Cilegon belum memiliki dokumen kedaruratan bencana serta alat penanggulangan bencana yang belum tersertifikasi oleh BNSP. Temuan ini menjadi tamparan keras terhadap kelalaian yang bisa berakibat fatal.
“Kami merasa prihatin sekaligus khawatir melihat rendahnya keseriusan industri dalam mengantisipasi potensi bencana, baik untuk keselamatan internal maupun eksternal masyarakat,” ungkap M. Ibrohim Aswadi, Direktur Eksekutif DLH.
Mitigasi Harus Jadi Agenda Mutlak
DLH mendesak Pemerintah Kota Cilegon segera merumuskan Peraturan Daerah (Perda) tentang Mitigasi Bencana, yang mengatur dan mewajibkan standar kesiapsiagaan industri terhadap bencana alam dan industri. Perda ini akan menjadi payung hukum bagi semua pihak agar mengikuti standar keselamatan, termasuk sistem peringatan dini, SOP penanganan darurat, hingga edukasi publik.
Langkah-langkah mitigasi yang disorot mencakup:
1. Pemetaan wilayah rawan bencana
2. Edukasi dan penyuluhan kepada masyarakat
3. Penguatan infrastruktur tahan gempa
4. Penghijauan dan zona hijau industri
5. Pemantauan aktif dan sistem peringatan dini
Penanganan cepat dan profesional untuk korban bencana
Pelajaran dari Tragedi Dunia
Cilegon, yang pernah terkena dampak letusan Krakatau dan tsunami pada 1983, tidak bisa lagi abai. Sejarah mencatat, tragedi industri seperti Bhopal di India menunjukkan betapa kelalaian mitigasi bisa menelan ribuan jiwa. Dengan ratusan industri kimia berisiko tinggi di dalamnya, kota ini berada di garis depan potensi bencana kegagalan teknologi paling mematikan.
“Kita tidak ingin Cilegon masuk daftar kota korban bencana besar karena ketidakseriusan kita sendiri dalam mempersiapkan diri,” tegas Ibrohim.
Mitigasi bukan pilihan, melainkan keharusan mutlak. Kota yang menyimpan kekuatan ekonomi ini harus juga menjadi kota yang paling siap menghadapi segala potensi bencana, demi keberlangsungan peradaban, keamanan lingkungan, dan keselamatan generasi mendatang.















