CILEGON, RUBRIKBANTEN — Pengurus Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Cilegon melakukan kunjungan dan dialog pendidikan ke Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Cipondoh, Kota Tangerang, guna menggali strategi pengelolaan dan penguatan Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) di bidang pendidikan, terutama menjelang momentum Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB).
Dalam kunjungan tersebut, PDM Cilegon secara khusus menanyakan kondisi riil AUM pendidikan Muhammadiyah di tengah kuatnya dominasi sekolah negeri, termasuk faktor sarana-prasarana, kompetensi guru, hingga program unggulan yang mampu menjaga kepercayaan masyarakat.
Ketua Majelis Dikdasmen PDM Cilegon, Khidmi, mengaku terkesan dengan jumlah dan eksistensi sekolah-sekolah Muhammadiyah di bawah naungan PCM Cipondoh.
“Jumlah sekolah di bawah PCM Cipondoh ini luar biasa. Di tengah Kota Tangerang yang dihimpit sekolah-sekolah negeri, AUM pendidikan Muhammadiyah tetap hidup dan dipercaya masyarakat,” ujar Khidmi.
Ia mengungkapkan, tantangan serupa juga dihadapi Muhammadiyah di Cilegon. Meski pemerintah menyediakan banyak program sekolah gratis, sekolah Muhammadiyah masih harus berjuang keras agar tetap menjadi pilihan masyarakat.
“Sekarang ini banyak sekolah gratis, tapi sekolah Muhammadiyah masih waiting list. Artinya, masih ada kepercayaan. Pertanyaannya, apa triknya? Apakah sarana, kompetensi guru, atau programnya yang benar-benar menyentuh kebutuhan orang tua?” katanya.
Menurut Khidmi, momentum PPDB menjadi krusial bagi PDM Cilegon untuk menyusun strategi bersama PCM dan sekolah-sekolah Muhammadiyah, termasuk menyikapi persoalan ketimpangan jumlah siswa, basis lingkungan, hingga pola hidup masyarakat sekitar sekolah.
“Ada sekolah yang siswanya banyak, ada yang sedikit. Basis lingkungannya berbeda, pola hidup masyarakatnya juga berbeda. Ini perlu strategi yang tepat, bukan disamaratakan,” tegasnya.
Sementara itu, Ketua PCM Cipondoh, Rojali, memaparkan sejumlah kunci keberhasilan AUM pendidikan Muhammadiyah di wilayahnya. Salah satunya adalah pemenuhan standar sarana-prasarana.
“Seluruh ruang kelas sekolah Muhammadiyah di Cipondoh sudah ber-AC. Ini menjadi standar kami, karena kenyamanan belajar juga menentukan minat orang tua,” ungkap Rojali.
Ia menambahkan, kepercayaan masyarakat terhadap sekolah Muhammadiyah dibangun sejak lama, terutama melalui kualitas guru dan pembiasaan karakter.
“Banyak guru kami berasal dari luar Muhammadiyah, tapi mereka percaya dan nyaman. Anak-anak juga dibina kuat secara akademik dan non-akademik,” jelasnya.
Ciri khas pendidikan Muhammadiyah, lanjut Rojali, terletak pada penguatan nilai keagamaan yang konsisten.
“Pembiasaan salat, penguatan akhlak, dan pendidikan agama menjadi keunggulan. Bahkan sekitar 20 persen siswa kami berasal dari luar Muhammadiyah. Ini bukti bahwa sekolah Muhammadiyah diterima lintas kalangan,” katanya.
Kunjungan ini diharapkan menjadi referensi penting bagi PDM Cilegon dalam merumuskan kebijakan dan strategi penguatan AUM pendidikan agar tetap kompetitif, berkarakter, dan diminati masyarakat di tengah ketatnya persaingan dunia pendidikan.















