Oleh: Dean Al-Gamereau
Di era digital hari ini, batas antara wartawan profesional dengan jurnalis warga semakin kabur. Seorang warga yang terjebak macet, lalu melaporkan situasinya ke sebuah stasiun radio, sejatinya sudah menjalankan tugas seorang wartawan. Itulah yang disebut dengan citizen journalism — jurnalisme warga.
Apakah untuk menjadi wartawan harus ada syarat tertentu? Nyatanya tidak. Selain keberanian, ketulusan, dan sebuah calling in life—panggilan hidup—tak ada aturan baku yang mengikat. Bahkan, terkadang warga rela mengorbankan pulsa atau waktunya demi menyebarkan informasi penting kepada publik. Itulah bentuk infak informasi.
Pertanyaan pun muncul: wartawan itu sebuah profesi, panggilan hidup, atau hanya hobi? Anja Bardey, wartawan lepas asal Jerman, pernah mengajukan pertanyaan yang sama: “Apakah wartawan itu sebuah jabatan atau sebuah lapangan kerja?”
Jawabannya tak sederhana. Seperti yang ditulis budayawan Dick Hartoko dalam pengantar buku Jurnalistik Praktis karya Djudjuk Juyoto (1985), lapangan kerja kewartawanan adalah lapangan kerja idiil: membina kerukunan, membangun komunitas, dan menjaga nilai-nilai sosial.
Berbeda dengan tukang sepatu atau tukang jahit yang sepenuhnya mengikuti permintaan pelanggan, wartawan justru dituntut menjaga jarak dari siapa pun, terutama politikus. Pertanyaannya, jika wartawan kehilangan jarak itu, apakah ia masih seorang wartawan, atau justru berubah menjadi politisi?
Robert Peerbom dalam Het Dagblad menegaskan, wartawan sejati harus menjadikan profesinya sebagai panggilan hidup. Sementara Juan L. Mercado, pendiri Depthnews, menekankan bahwa tugas wartawan bukan untuk memengaruhi pembaca, melainkan untuk mengungkapkan realitas kepada mereka.
Rosihan Anwar, tokoh pers Indonesia, pernah mengingatkan: wartawan ada untuk “menyenangkan yang sedang terpukul dan memukul yang sedang kesenangan.” David Broder menambahkan, tanggung jawab wartawan pertama-tama adalah kepada pembaca, bukan kepada politikus, bahkan meski ia seorang sahabat.
Dengan demikian, kewartawanan tidak sekadar profesi, tidak cukup hanya dianggap hobi. Ia adalah sebuah panggilan hidup panggilan untuk menjaga nurani, kebenaran, dan keberpihakan kepada masyarakat luas.















