CILEGON, RUBRIKBANTEN– Ritual penjamasan pusaka dan pembersihan manuskrip kuno di kompleks makam Ki Lurah Ro’uf Jayalaksana, Terate Udik, resmi dituntaskan, Sabtu (30/8/2025). Prosesi sakral yang berlangsung sejak Senin (25/8/2025) ini berhasil menggugah kesadaran masyarakat akan pentingnya merawat peninggalan leluhur yang sarat nilai sejarah dan spiritual.
Ketua Pengurus Peninggalan Benda Kuno, Haerulloh, menegaskan bahwa kegiatan ini bukan ajang pencitraan, melainkan wujud tanggung jawab untuk menjaga pusaka dan manuskrip agar tidak punah.
“Ini bukan untuk pamer atau mencari nama. Kami hanya ingin merawat agar pusaka dan manuskrip ini tetap terjaga. Mudah-mudahan apa yang kami lakukan mendapat balasan dari Gusti Allah,” ujarnya.
Didampingi Kasepuhan Terate Udik, Haerulloh mengucapkan terima kasih atas dukungan Dewan Kebudayaan Kota Cilegon (DKKC) yang memberi semangat dan keyakinan untuk melanjutkan langkah pelestarian ini.
Viralnya kegiatan ini di media sosial menambah sorotan publik terhadap pusaka dan manuskrip kuno di Terate Udik. Haerulloh berharap, masyarakat bersama pemerintah dan pegiat budaya dapat bersinergi menjaga warisan sejarah agar tidak sekadar dikenang, melainkan diwariskan kepada generasi mendatang.
Ketua DKKC, Ayatullah, yang hadir langsung dalam prosesi tersebut menyebut penjamasan pusaka ini sebagai momentum berharga. Menurutnya, kegiatan ini ibarat “babad alas” yang membuka jalan baru untuk menghidupkan kesadaran merawat peninggalan budaya.
“Puji syukur saya baru kali ini bisa menyaksikan langsung kegiatan seperti ini. Kita di sini sama-sama belajar dengan tujuan positif. Ini juga masih bagian dari program DKKC dalam menggali dan merawat sejarah Cilegon,” tuturnya.
Sebagai tindak lanjut, DKKC mengukuhkan Tim Pengurus Peninggalan Benda Pusaka agar perawatan pusaka dan manuskrip bisa berkelanjutan. Langkah ini diharapkan tidak sekadar seremonial, tetapi menjadi gerakan budaya yang konsisten dan menular ke wilayah lain di Kota Cilegon.
Kurator benda pusaka DKKC, Rudi, menambahkan bahwa koleksi di Terate Udik sangat unik karena masih otentik dan steril dari benda asing. Ia meyakini pusaka tersebut dulunya dimiliki tokoh-tokoh penting yang memiliki hubungan erat dengan Kesultanan atau Kerajaan.
“Benda ini bukan kelas receh, tapi bernilai tinggi. Leluhur menjadikannya simbol pemersatu yang dijaga dengan baik. Maka kita rawat agar bertahan lebih lama dan tetap sakral,” jelasnya.
Namun, Rudi juga mengingatkan adanya potensi perdebatan atau godaan di masa depan terkait pusaka ini.
“Biasanya kalau sudah begini ada istilahnya godaan-godaan. Pusaka itu magnet, dan bisa jadi tantangan tersendiri bagi yang dipercaya merawatnya,” tandasnya.
Ritual ini kini tidak hanya menjadi tradisi lokal, tetapi juga penanda kebangkitan kesadaran budaya di Kota Cilegon. Dengan sinergi masyarakat dan pemerintah, pusaka Terate Udik diyakini akan tetap lestari sebagai identitas sejarah yang bernilai tinggi.















