CILEGON, RUBRIKBANTEN – Musyawarah Besar (Mubes) V Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Perguruan Pencak Silat Bandrong Banten Indonesia resmi digelar dengan khidmat dan penuh semangat persaudaraan. Agenda lima tahunan ini menjadi momentum penting keluarga besar Bandrong untuk merumuskan arah organisasi ke depan sekaligus menjaga warisan budaya pencak silat khas Banten agar tetap lestari dan berkembang.
Ketua Pelaksana, Ahmad Jueni Suhada atau yang akrab disapa H. Joni, dalam sambutannya menyampaikan terima kasih atas dukungan semua pihak yang turut menyukseskan pelaksanaan Mubes. Ia menekankan bahwa forum tertinggi ini bukan hanya ruang konsolidasi organisasi, melainkan juga sarana memperkuat silaturahmi dan meneguhkan komitmen menjaga nilai luhur bangsa.
“Bandrong bukan sekadar bela diri, tetapi juga warisan budaya yang harus dijaga bersama. Melalui Mubes ini, kita ingin memastikan generasi mendatang tetap mengenal, mencintai, dan mengamalkan ajaran Bandrong,” tegas H. Joni.
Sementara itu, Ketua Umum DPP Bandrong periode 2019–2024, H. Syafrudin, menutup masa jabatannya dengan penuh rasa syukur. Ia berterima kasih kepada seluruh pengurus dan anggota yang telah mendukung kepemimpinannya, seraya berharap Mubes V melahirkan pengurus yang lebih profesional, bermutu, dan amanah.
“Semoga melalui Mubes ini, lahir kepengurusan Bandrong yang lebih baik lagi, menjaga dan mengembangkan Bandrong dengan semangat cinta, tanpa kepentingan lain,” ujarnya.
Dari Majelis Tinggi Bandrong, KH Mansyur Muhyidin mengingatkan para peserta agar selalu menjunjung tinggi persatuan, adab, dan akhlak mulia dalam setiap pengambilan keputusan. Ia menegaskan bahwa Bandrong lahir dari tradisi luhur Banten yang menjunjung persaudaraan, keberanian, dan keikhlasan.
“Kita harus selalu ingat bahwa nilai-nilai luhur itu jangan sampai luntur oleh kepentingan sesaat,” pesannya, sebelum membacakan petuah leluhur penuh makna.
Mubes V ini diharapkan menjadi tonggak baru bagi DPP Bandrong dalam memperluas jaringan, memperkuat peran budaya, dan melahirkan kepemimpinan yang amanah. Dengan demikian, Bandrong tak hanya hadir sebagai seni bela diri, melainkan juga sebagai benteng moral dan budaya masyarakat Banten.















