SERANG, RUBRIKBANTEN – Wakil Gubernur Banten A. Dimyati Natakusumah menegaskan kebijakan larangan study tour sekolah keluar daerah justru menjadi momentum emas untuk mendongkrak sektor pariwisata lokal. Dalam gelaran Grand Final Duta Pariwisata Banten 2025 yang berlangsung di Unity Building, Gading Serpong, Dimyati menyatakan bahwa sekolah-sekolah kini diarahkan untuk mengeksplorasi destinasi wisata edukatif dan rekreatif yang tersebar di berbagai penjuru Banten.
“Kita tidak perlu jauh-jauh. Banten punya semuanya. Alam, budaya, sejarah, bahkan destinasi yang belum banyak dikenal publik,” tegas Dimyati.
Larangan study tour ini secara resmi tertuang dalam Surat Edaran Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Banten Nomor 900.171/6345 tahun 2025, sebagai implementasi dari komitmen Gubernur Andra Soni dan Wakil Gubernur Dimyati dalam penguatan sektor wisata daerah dan efisiensi anggaran pendidikan.
Selain mempertegas pentingnya pengembangan wisata lokal, Dimyati juga menyoroti wilayah Banten Selatan sebagai kawasan potensial yang selama ini belum terekspos maksimal. Ia mendorong percepatan pembangunan infrastruktur agar akses menuju destinasi-destinasi tersembunyi dapat lebih mudah dijangkau wisatawan.
“Kita punya curug, pantai, perbukitan, semuanya ada di Banten Selatan. Sayang kalau tidak dimanfaatkan. Infrastruktur akan kita genjot,” ujarnya.
Pada kesempatan yang sama, Dimyati juga memberikan pesan khusus kepada para finalis Duta Pariwisata Banten 2025. Menurutnya, para duta harus mampu menjadi garda depan dalam mempromosikan kekayaan pariwisata Banten secara masif melalui lima peran utama: promosi, edukasi, penjualan, representasi budaya, dan penggerak branding.
“Duta adalah diplomat budaya. Mereka harus mampu menggandeng pelaku kreatif dan memanfaatkan media sosial sebagai alat promosi yang efektif,” tegasnya.
Plt Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Banten, Linda Rohyati Fatimah, menyebut bahwa kebijakan larangan study tour luar daerah telah ditindaklanjuti secara serius oleh seluruh pemerintah kabupaten/kota. Imbasnya, promosi destinasi lokal mulai menggeliat.
“Objek wisata rintisan juga mulai kami dorong. Dalam dua bulan ini, kami fokus benahi fasilitas dasar agar siap untuk berbagai event wisata,” jelasnya.
Ia juga menyebut bahwa sektor pariwisata desa seperti danau kecil (situ), air terjun (curug), dan sentra kerajinan tangan akan menjadi perhatian utama. Pemprov Banten akan bersinergi dengan kelompok sadar wisata (Pokdarwis) agar manfaat ekonomi dapat dirasakan langsung oleh masyarakat.
Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah VIII Banten-DKI Jakarta, Lita Rahmiati, turut mengapresiasi sinergi sektor pariwisata dan pelestarian budaya. Ia menekankan pentingnya mengangkat identitas Banten dalam setiap agenda promosi.
Hal senada disampaikan oleh Rafi Sya’ban Alfarizi selaku perwakilan regional Duta Pariwisata Banten. Ia menegaskan bahwa ajang pemilihan duta bukan sekadar kompetisi, melainkan ruang dedikasi bagi generasi muda untuk mengangkat potensi lokal ke level nasional bahkan internasional.
“10 finalis terpilih menjadi wajah baru pariwisata Banten. Mereka akan menjadi jembatan antara masyarakat, wisatawan, dan dunia digital,” ucap Rafi.
Dengan semangat kolaborasi lintas sektor, Pemerintah Provinsi Banten optimis bahwa kebijakan larangan study tour ke luar daerah tidak hanya efisien, namun juga menjadi katalis kebangkitan sektor pariwisata daerah di era baru.
