Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Example floating
Example floating
Banner Atas Rubrik Banten
BantenBeritaDaerahKabupaten SerangKota SerangPemerintahPendidikan

Perempuan Desa: Pilar Tersembunyi yang Menggerakkan Ekonomi Lokal

122
×

Perempuan Desa: Pilar Tersembunyi yang Menggerakkan Ekonomi Lokal

Sebarkan artikel ini

RUBRIKBANTEN – Perempuan di desa adalah tokoh kunci dalam ekonomi lokal, meskipun peran mereka sering kali tidak terlihat atau kurang dihargai. Mereka bekerja di ladang, pasar, rumah, dan berbagai sektor ekonomi informal lainnya yang menopang kehidupan pedesaan. Dari pertanian hingga usaha mikro, kontribusi mereka sangat signifikan, meski kerap dihadapkan pada tantangan berat yang menghambat potensi mereka untuk berkembang secara optimal.

Dalam sektor pertanian, perempuan memegang peran vital, mulai dari menanam hingga memanen hasil bumi yang menjadi sumber utama penghidupan keluarga. Data FAO menunjukkan hampir setengah tenaga kerja pertanian di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, adalah perempuan. Sayangnya, pengakuan terhadap peran ini masih minim. Hak atas lahan menjadi salah satu isu besar, di mana hanya sedikit perempuan yang memiliki akses kepemilikan tanah meskipun mereka paling aktif bekerja di ladang.

Tak hanya itu, di sektor informal, perempuan desa menjadi penggerak utama. Mereka memproduksi kerajinan, mengolah hasil tani menjadi produk bernilai tambah, dan memasarkan hasilnya di tingkat lokal hingga internasional. Sebagai contoh, kelompok perempuan di Nusa Tenggara Timur sukses mengembangkan usaha tenun tradisional yang kini diminati di pasar global. Namun, tantangan seperti minimnya akses modal, teknologi, dan jaringan pasar kerap menghambat kemajuan mereka.

Baca juga:  Kapolres Serang Resmikan Warung, Poskamling, dan Bengkel Ojol: Sinergi Polri dan Ojol Wujudkan Kamtibmas dan Kemandirian Ekonomi

Meski menghadapi berbagai hambatan, peluang untuk memberdayakan perempuan desa sebagai penggerak ekonomi sangatlah besar. Penelitian menunjukkan perempuan yang diberdayakan secara ekonomi cenderung mengalokasikan pendapatan untuk pendidikan dan kesehatan keluarga. Contoh sukses terlihat dari pelatihan kewirausahaan digital di Yogyakarta, yang membantu perempuan desa menjangkau pasar lebih luas melalui platform daring.

Namun, beban ganda menjadi hambatan utama bagi perempuan desa. Mereka harus mengelola pekerjaan domestik sekaligus bekerja di ladang atau mengembangkan usaha. Kondisi ini tidak hanya menguras tenaga, tetapi juga meningkatkan risiko tekanan psikologis. Stigma budaya juga menjadi tantangan, di mana perempuan sering dipandang subordinat sehingga partisipasi mereka dalam pengambilan keputusan ekonomi kerap diabaikan.

Contoh positif datang dari Desa Karya Makmur, Sumatera Selatan. Kelompok perempuan di desa ini membentuk koperasi tani yang berhasil meningkatkan pendapatan rumah tangga hingga 40% dalam dua tahun. Namun, keberhasilan ini diraih melalui kerja keras dan dukungan berupa pelatihan serta akses pasar.

Untuk mengoptimalkan peran perempuan sebagai penggerak ekonomi desa, diperlukan pendekatan holistik. Pemerintah harus memastikan perempuan memiliki akses setara terhadap sumber daya ekonomi, seperti tanah, modal, dan teknologi. Program Dana Desa dapat mendukung pelatihan kewirausahaan, koperasi, atau penyediaan layanan yang meringankan beban domestik, seperti penitipan anak. Selain itu, kampanye kesetaraan gender perlu digalakkan untuk mengubah stigma budaya yang membelenggu.

Baca juga:  80.000 Koperasi Merah Putih Serentak Terkoneksi: Banten Siap Sambut Peluncuran Bersejarah Bareng Presiden Prabowo

 

Perempuan adalah pilar penting dalam pembangunan ekonomi desa. Dengan dukungan yang tepat, mereka tak hanya akan menjadi penggerak ekonomi, tetapi juga pemimpin dalam transformasi sosial yang membawa perubahan positif bagi masyarakat. (Ades/RB)

Example 120x600
Untitled-1

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *