Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Example floating
Example floating
Banner Atas Rubrik Banten
BeritaDaerahKementerianKota CilegonNasionalOrganisasiPemerintahPendidikanSosial

Gen Z, Generasi Peralihan yang Menolak Pasrah: Dari Cilegon Menggema Seruan Pembuka Babak Baru 2026

95
×

Gen Z, Generasi Peralihan yang Menolak Pasrah: Dari Cilegon Menggema Seruan Pembuka Babak Baru 2026

Sebarkan artikel ini

CILEGON, RUBRIKBANTEN – Gelombang perubahan sosial, budaya, dan teknologi yang melanda dunia dalam satu dekade terakhir menempatkan Generasi Z dalam posisi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Mereka menjadi generasi penutup sebuah era yang sekarat sekaligus jembatan menuju kelahiran peradaban baru.

Di tengah dunia yang bergerak lebih cepat daripada kemampuan institusi lama untuk beradaptasi, Gen Z tidak hanya hadir sebagai generasi yang diminta zaman, tetapi sebagai generasi yang dibutuhkan sejarah.

Lahir dalam pusaran krisis global, fragmentasi sosial, dan percepatan digital yang mengguncang berbagai sendi kehidupan, Gen Z tumbuh di dua realitas: dunia analog yang masih bertahan dan masa depan digital yang sepenuhnya berbasis kode. Mereka menyaksikan keruntuhan tatanan lama, gejolak ekonomi, ketidakpastian politik, hingga budaya yang terbelah—sementara pada saat yang sama dipaksa merintis jalan baru bagi dunia yang belum memiliki bentuk final.

Generasi ini memikul transisi paling keras dalam sejarah modern. Mereka bukan hanya harus bertahan, tetapi juga harus menjadi pelopor yang membuka jalan bagi generasi berikutnya—khususnya Gen Alpha—yang disebut akan memulai babak baru setelah 2026.

Baca juga:  Politeknik Krakatau Bangkitkan Jiwa Kemanusiaan Lewat Aksi Donor Massal

Salah satu suara generasi ini datang dari Kirania Azra Mahira, Bendahara Gen Cilegon, yang menegaskan bahwa generasi peralihan bukan lagi sekadar penonton sejarah. “Kalau ini adalah panggung kita, maka kita tidak hanya bertahan, kita membangun,” tegas Kiran.

Dengan nada yang tenang namun mantap, ia menggambarkan bagaimana Gen Z berdiri di tengah arus perubahan yang tak terelakkan. Menurutnya, mereka tidak lagi memiliki kemewahan untuk menunggu dunia berubah—merekalah yang harus mengubahnya.

“Kita tidak hadir hanya untuk meneruskan apa yang diwariskan, tetapi untuk menciptakan sesuatu yang lebih adil, lebih jujur, dan lebih manusiawi,” ujarnya.

Kiran menegaskan bahwa tahun 2026 bukan sekadar pergantian kalender, tetapi permulaan narasi baru. “Pertanyaan kami adalah, ‘apa langkah pertama membuka babak 2026?’ Jawabannya: kesadaran, keberanian, dan kolaborasi. Kami belajar lebih cepat, berpikir lebih jernih, dan bergerak lebih sigap.”

Ia menambahkan, Gen Z kini mengubah keresahan menjadi gagasan, dan gagasan menjadi tindakan.

“2026 adalah halaman kosong tempat kami menulis takdir kami sendiri. Di panggung ini, kami tidak lagi menunggu giliran—kami menciptakan giliran itu,” tegasnya.

Baca juga:  Monumen Geger Cilegon 1888: Ketika Memori Perjuangan Terancam Jadi Dekorasi Kota

Suara Kirania menggambarkan denyut yang sama di kalangan anak muda lainnya. Sebuah keyakinan bahwa Gen Z bukan sekadar generasi yang terjebak di tengah perubahan, tetapi generasi yang memimpin arah perubahan itu sendiri.

Dalam perspektif yang lebih luas, Gen Alpha disebut sebagai generasi yang akan membuka babak baru setelah 2026. Namun pintu menuju babak itu, tegas Kiran, sedang dibuka oleh Gen Z melalui keberanian mereka menafsir ulang masa depan dengan cara mereka sendiri.

 

Dari Cilegon, mengalir pesan kuat: generasi peralihan ini bukanlah generasi yang pasrah dibentuk oleh zaman, melainkan generasi yang memilih membentuk zaman itu sendiri.

Example 120x600
Untitled-1

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *