CILEGON, RUBRIKBANTEN — Menjelang perayaan Hari Ulang Tahun ke-80 Republik Indonesia, masyarakat Cilegon dikejutkan oleh fenomena unik: berkibarnya bendera bajak laut dari serial anime One Piece di sejumlah lingkungan. Simbol tengkorak berikat kepala itu menghiasi sudut-sudut kampung, menimbulkan perdebatan panas antara kebebasan berekspresi dan kecemasan akan pudarnya semangat nasionalisme.
Menanggapi polemik tersebut, Ketua Dewan Kebudayaan Kota Cilegon, Ayatullah Khumaeni, menyampaikan pernyataan resmi yang menyerukan pemahaman lebih dalam terhadap dinamika budaya populer.
“Simbol seperti bendera One Piece hadir bukan sebagai bentuk perlawanan terhadap negara, tapi sebagai representasi dari nilai-nilai kebebasan, persahabatan, dan keberanian yang mereka kagumi,” ungkap Ayatullah.
Ia menilai, penggunaan simbol anime bukanlah bentuk penolakan terhadap identitas nasional, tetapi lebih kepada refleksi dari cara generasi muda mengekspresikan nilai-nilai yang mereka anggap penting.
“Mungkin bukan masyarakat yang salah memilih simbol. Mungkin kita yang belum cukup menghadirkan makna Merah Putih dengan cara yang menyentuh kehidupan mereka sehari-hari,” tambahnya tajam.
Fenomena ini, menurut Dewan Kebudayaan, merupakan alarm penting bagi seluruh pihak untuk merevitalisasi cara menyampaikan nilai-nilai kebangsaan—tidak dengan pendekatan kaku dan seremonial semata, melainkan melalui kanal-kanal yang relevan dengan gaya hidup kekinian.
“Nasionalisme bisa tumbuh dari film, lagu, game, bahkan cosplay selama nilai-nilainya tetap berpijak pada jati diri bangsa. Bukan waktunya kita menegur dengan ancaman, tapi merangkul dengan pemahaman,” ujarnya.
Dewan Kebudayaan Cilegon pun mengajak seluruh elemen masyarakat, termasuk sekolah, komunitas, dan media, untuk menciptakan ruang-ruang kebudayaan yang adaptif, kreatif, dan tetap membumikan semangat Merah Putih di hati generasi muda.
