CILEGON, RUBRIKBANTEN — Ketua RT Salira, Nur Afurulloh, menyampaikan unek-uneknya terkait kondisi yang terjadi di wilayahnya. Dalam pernyataannya, ia merasa peran warga lokal dalam kegiatan usaha sering kali dipinggirkan, sementara pihak luar yang justru mendapatkan keuntungan dari proyek-proyek besar.
“Namanya juga orang usaha, masa kami di sini cuma kebagian debunya? Giliran proyek menguntungkan, malah orang luar yang dapat tendernya,” ujar Nur Afurulloh dengan nada kesal.
Ia mencontohkan proyek penggarapan lahan milik Perhutani yang saat ini tengah menjadi sorotan. Menurutnya, meski proyek tersebut menguntungkan, justru menuai konflik di tengah masyarakat karena kurangnya keterlibatan warga lokal.
“Yang untung diributin, kemarin lapangan tembak enggak ada incamnya, malah adem-adem aja,” tambahnya.
Nur menegaskan bahwa pihak RT telah melakukan koordinasi sejak awal, termasuk saat peresmian pembukaan pertama proyek tersebut. Namun, ia mengaku tidak mengetahui secara pasti soal proyek lapangan tembak yang disebut-sebut berada di tengah wilayah Salira.
Soal izin, ia menyatakan sudah ada. Namun, muncul isu miring soal kerusakan dan dugaan pencurian oleh pihak pengusaha. Menanggapi hal ini, Nuaprullah menegaskan posisi netralnya dan siap menjadi jembatan antara perusahaan dan masyarakat.
“Kalau masyarakat merasa dirugikan, saya siap dampingi. Kita harus adil, tidak bisa berat sebelah,” tegasnya.
Ia pun berharap agar fasilitas umum (pasum) yang dijanjikan segera dilaksanakan. Selain itu, ia mendorong agar para pengusaha menyisihkan sebagian keuntungan untuk mendukung kelompok tani dan ekonomi warga sekitar.
“Di Salira ini ada petani pisang, kambing juga. Kalau ada rezeki dari proyek, tolong diberdayakan juga warga sini,” pungkasnya. (*)
